Kirim

PARA MANTAN KETUA PUNGUAN RAJA TOGA SITOMPUL DAN BORU PEKANBARU

Rabu, 03 September 2014

Mengenal Lebih Dekat Ir. Hotman Sitompul

Tokoh kita yang satu ini bernama Hotman Sitompul. Dia adalah anggota DPRD Kota Pekanbaru Periode 2014-2019 hasil Pemilu 9 April 2014. Dia bersama 44 orang anggota dewan lainnya akan dilantik menjadi anggota DPRD Kota Pekanbaru pada Sabtu, (6/9) di Gedung DPRD. Dia berasal dari PDIP dari DAPIL IV Nomor Urut 4 Kecamatan Bukit Raya dan Marpoyan Damai. Untuk mengenal lebih dekat siapa sosok Hotman Sitompul, perlu anda simak berita di bawah ini. ***
Tokoh kita yang satu ini dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 24 Nov tahun 1956, menamatkan SMA di Medan dan menyelesaikan kuliahnya di SSTN/ISTN Jakarta. Ir Hotman Sitompul/ Mitiawati Harahap  Bangga Jadi Marga Sitompul
Ir Hotman Sitompul pada awalnya tigak bersedia diangkat menjadi Ketua Punguan Sitompul dan Boru Kota Pekanbaru tahun 2007. Menurutnya, dia belum mampu mengemban tugas ketua punguan. Selain tidak mengerti soal adapt istiadat, dia juga berpikir bahwa selama ini belum ada yang diperbuat untuk punguan sitompul. Dan dalam benaknya mengatakan masih banyak tokoh yang lebih mampu dari dirinya menjadi ketua.

Saat itu, Pesta Bona Taon Sitompul dan Boru, tahun 2007, ketepatan ketua panitia adalah dia sendiri Ir Hotman Sitompul dan sekretaris panitia adalah Anton Sitompul SH. Menjelang pelaksanaan pesta, beberapa orang tua berkumpul seperti biasanya membicarakan dan menetapkan siapa ketua punguan. Pertemuan itu berlangsung di rumah Ompu Tulus Sitompul di Rumbai. Dan secara aklamasi mereka memilih Ir Hotman Sitompul menjadi ketua punguan untuk periode 2007-2009. Setelah beberapa orang tua dan penasehat punguan mengadakan rapat, Hotman pun dipanggil dan maksud baik natua-tua pun disampaikan kepada Hotman.

Alangkah terkejutnya Hotman mendengar hal itu. Dalam benaknya “saya belum mampu, saya belum bisa, masih ada yang lain, saya belum faham tentang punguan marga sitompul”. Awalnya dia menolak. Ompu Tulus selaku juru bicara menyampaikan kabar baik itu kepada Hotman. Sebuah ultimatum diterima Hotman. “Jawab dulu dengan jujur, kau terima Jadi Ketua, kalau tidak saya pulang, tak perlu ada pesta ini,” kata Ompu Tulus kepada Hotman. Dan dijawab Hotman “Ialah Ompung, saya pertimbangkan”. Itulah jawaban secara singkat yang pada hakekatnya hanya sekedar mencari celah agar dia tidak dipilih menjadi ketua.

Pergumulan Hotman sangat berat. Dia pun menanyakan kepada orangtuanya di Medan sekaligus meminta pendapat. Orang tuanya menyarankan supaya meminta dan memohon kepada orangtua Sitompul di Pekanbaru supaya diberi jabatan lain, asal tidak jadi Ketua. Dia juga bertanya dan berkonsultasi dengan abangnya di Surabaya yang sudah dua periode menjadi Ketua Punguan Sitompul dan Boru Surabaya sekitarnya. Abangnya mengatakan bahwa untuk menjadi Ketua Sitompul harus ada waktu yang cukup, ada financial, tidak hanya dalam adapt istiadat saja, bahasa batak harus dikuasai. Mendengar jawaban dari orang tua dan abang kandungnya, dia pun semakin kecut menerima amanah tersebut.

Sehari sebelum acara pesta, dia belum yakin bahwa dirinya akan dilantik menjadi ketua karena dia memang tidak menerima keputusan natua-tua tersebut. Namun pagi hari saat pelaksanaan pesta, setelah mendapat petunjuk dari Tuhan, Hotman pun menerimanya dan dia pun dilantik menjadi Ketua Punguan periode 2007-2009.

Setelah menjadi ketua, Hotman bersaksi, bahwa yang didapat dari punguan sitompul sungguh sangat banyak. Dia mengaku bangga menjadi marga sitompul. Setelah menjabat jadi ketua dia baru tahu bahwa orang tua sitompul semua pintar-pintar terutama soal paradaton. Ternyata semua sudah ada diatur dalam adapt. Sebagai ketua punguan saya juga sangat bangga di tengah masyarakat. Artinya, banyak hal yang ia peroleh secara positip selama menjabat jadi ketua.

Di lingkungan kerjanya, Hotman menjadi disegani. Bahkan setelah atasannya mengetahui dia sebagai ketua marga sitompul dia disalami sebagai ucapan selamat. Sejawat di organisasi lain pun menjadi segan sama kita dan mereka mengatakan kita Ketua Suku. Terus terang dia katakana, setelah menjabat ketua punguan, dia pun mendapat jabatan baru dilingkungan kerjanya menjadi Kepala Bagian. Itu saya syukuri, soalnya, jabatan itu saya terima setelah saya menerima jabatan ketua sitompul.

Setelah menjabat ketua, dia pun secara pelan-pelan belajar dan rajin bertanya kepada natua-tua. Apa yang dia dapat, ternyata, punguan sitompul sudah ada sejak tahun 1961. Saya tak bisa lagi memberi komentar, rupanya punguan ini sudah cukup dikenal, tidak hanya di kalangan sitompul, kalangan orang batak tapi juga di kalangan masyarakat Riau. Ternyata sitompul sudah punya nama di Riau.

Dia berpesan kepada pengurus yang ada sekarang dan pengurus yang akan datang supaya ada estafet kepemimpinan kepada pengurus baru. Jangan hanya sekedar makan-makan, tapi harus bisa menunjukkan makna yang lebih jauh. Kalau ada marga sitompul yang berprestasi harus kita dukung. Dia berharap untuk masa yang akan datang sitompul lebih maju dan tetap kompak.

Style kepemimpinan yang diterapkan Hotman sewaktu menjabat ketua yaitu berusaha memberdayakan semua unsure pengurus. Dan hamper tidak ada masalah dan kesulitan. Ketua Bidang Budaya banyak memberi dukungan dan semangat. Style saya waktu itu lebih banyak mengadakan pendekatan dan lebih banyak mangelek (membujuk). Saya selalu berikap mengalah yang penting kegiatan punguan tetap berjalan. Banyak juga orang tua yang memberi semangat kepada saya sehingga bisa tetap tegar dalam memimpin punguan.

Dia melihat ada satu hal luar biasa dalam punguan. Ketua Wijk yang mengurusi anggota memberikan perhatian serius terhadap punguan. Dia tidak punya gaji, tidak punya honor dan tidak mendapat apa-apa dari punguan, tapi tetap mau dengan suka rela mengantarkan undangan ke rumah setiap anggota, mau memberikan informasi dari punguan ke anggota. Ini semua luar biasa pengorbanan ketua wijk terhadap punguan. Saya salut terhadap seluruh ketu wijk punguan sitompul.

Pengalaman pahit yang dirasakan dalam punguan diantaranya lagi enak-enak tidur, ada telepon, kita harus keluar mengurusi sitompul. Kita sudah berbuat yang terbaik buat punguan, tapi masih ada yang ngomong kurang inilah, kurang itulah. Tak ada puasnya. Ada juga kritik dari natua-tua, pengurus dan dari anggota yang sifatnya membangun ada juga kritik yang memojokkan. Semuanya kita alami dan kita terima dengan lapang dada.

Perubahan AD-ART
Ide adanya perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD_ART) lumrah saja. Organisasi yang ingin maju harus selaras dengan dinamika perkembangan zaman. Hal ini didorong oleh keinginan punguan tidak hanya pelaksanaan adapt saja, tapi juga disegi ekonomi. Ini yang mendasari. Cuma, AD-ART Punguan Raja Toga Sitompul dan Boru Kota Pekanbaru belum mengacu kepada AD-ART Punguan Raja Toga Sitompul yang berpusat di Jakarta.

Tahun 2007 lalu, Punguan Raja Toga Sitompul se Indonesia melaksanakan Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta. Hotman Sitompul selaku peserta dari Pekanbaru berharap bahwa keputusan Munas pertama tersebut bisa diterapkan di Pekanbaru. Kemauan pusat, struktur punguan yang ada di daerah harus selaras dengan pusat. Maunya, Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia harus da garis koordinasi tak terputus. Namun hingga sekarang belum berkoodinir dengan baik. Sepulangnya dari Munas, Hotman selaku ketua punguan menyampaikan hasil Munas tersebut di tengah punguan sitompul Pekanbaru. Ada natua-tua tak setuju dengan keputusan pusat hasil Munas tersebut. Alasannya, urusan sitompul di Pekanbaru taja ada urusanbnya dengan yang di pusat dan daerah lain. *** Selamat...

Selasa, 02 September 2014

SONIWATI AKAN DILANTIK MENJADI ANGGOTA DPRD RIAU

Soniwati



Salah satu pendatang baru di gedung DPRD Riau, Soniwati, akan turut dilantik bersama anggota DPRD Riau lainnya perode 2014-2019, Sabtu, 6/9). Soniwati Simatupang berasal dari Dapil VI Siak dan Pelalawan Nomor urut 2 dari Partai PDIP.

Soniwati Simatupang adalah istri dari Ir Hendrik Sitompul mantan Kepala Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau.

Soniwati lahir di desa Teluk Dalam Kabupaten Nias Barat yang masih jauh dari pusat kota tahun 1967. Dia bersekolah mulai dari SD, Smp, sma di kota kelahirannya. Setelah lulus dari sma dia mencoba merantau ke propinsi Riau untuk melanjutkan pendidikan ke kota Pekanbaru. Berkat kasih Tuhan Soniwati di terima kuliah di UNRI, angkatan 1984. Selesai kuliah di unri, dia mencoba melamar pekerjaan di salah satu asuransi di kota Pekanbaru. Itulah besar kasih karunia Tuhan. Soniwati  langsung diterima bekerja di salah satu asuransi di kota Pekanbaru.

Setelah beberapa tahun bekerja di asuransi, Soniwati berjumpa dengan laki- laki berdarah Batak. Tidak lama berpacaran hanya satu tahun berkenalan langsung kawin. Suaminya Ir Hendrik Sitompul, mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Riau. Mereka, kini, telah dikarunia tiga anak.

Soniwati menikah dengan Ir Hendrik Sitompul pada tahun 1990 di kota Pekan baru. Di pernikaannya Soniwati dinobatkan sebagai Boru Simatupang dan orang tua angkatnya tinggal di Minas.
Memang, berkat  Tuhan tidak bisa dihambat. Keluarga ini diberkati Tuhan  tiga orang anak. Satu laki-laki dan dua putri. 

Tidak terasa waktu berjalan sampai saat ini anak sulungnya  sudah lulus dari perguruan tinggi dan putri tertua sekarang sedang kuliah, sementara putri bungsunya masih sekolah di tingkat smp.
Terjun ke dunia politik

Awalnya ia hanya ingin memenuhi kuota 30% perempuan.Tetapi setelah terjun langsung ke lapangan wanita ini merasa terpanggil untuk bisa langsung membantu masyarakat yang di bawah garis kemiskinan, dan anak anak yg putus sekolah,

Wanita yg bernama lengkap Soniwati Wau, merupan Calon Anggota DPRD Riau dari partai PDIP Dapil VI Siak dan Pelalawan dengan nomor urut 2. Wanita ini tetap gigih turun ke masyarakat di waktu memperkenalkan cagub dan cawagub LURUS yang di usung dari partai PDIP. Dari sanalah Soniwati melihat langsung bagaiman sebenarnya yang terjadi di lapangan.

Banyak masyarakat yang memang belum tersentuh dari pihak pemerintah Propinsi Riau, kususnya di daerah pedesaan. Satu contoh air bersih di daerah perawang dan Minas dan aliran listrik di daerah kecamatan Minas Barat.

Dia berkarir di bidang organisasi wanita. Saat ini Soniwati menjabat sebagai bendahara di gabungan organisasi wanita (GOW) dan Ketua dpc PWKI (Persatuan wanita kristen indonesia). Walau pun wanita ini ibu rumah tangga masih tetap exsis di pekerjannya di asuransi terkenal.

Dimana saat ini  kpk gencar gencarnya membrantas korupsi di negara kita yg tercinta ini. Soniwati tidak pernah takut dan tidak luntur hatinya untuk pencalegkan ini, "Saya bukan ingin korupsi walau nanti saya di izinkan Tuhan duduk di gedung legeslatif itu,"ungkap Soniwati.

“Tujuan saya masuk dalam dunia politik bukan hanya untuk jabatan, tapi saya sudah membuat rencana kedepan memproritaskan masalah pendidikan, infrastruktur dan meningkatkan koperasi bagi kalangan pengusaha ekonomi kecil,” katanya.

Disamping itu, katanya, untuk lebih dekat dengan masyarakat pedesaan yang selama ini masyarakat yang tidak pernah tersentuh dari program pemerintah, dimana program pemerintah saat ini banyak tapi bagi kalangan masyarakat yang ada di desa-desa terpencil tidak pernah tersentuh oleh pemerintah setempat.
Soniwati dan keluarga memohon doa dan dukungan dari masyarakat khususnya yang ada di daerah kabupaten Siak dan Pelalawan.

Dia juga memohon dukungan dari keluarga besar Sitompul, Simatupang, Nainggolan dan Tambunan Silalahi Sabungan yang ada di wilayah Dapil VI Kabupaten Siak dan Pelalawan, karena dia ingin mengabdi kepada rakyat. (Horas)